Ketika
seseorang yang pernah berkunjung ke Jepang, pasti mengetahui beberapa alasan
mengapa orang-orang nampak begitu sehat dari kebanyakan warga dunia lainnya. Banyak
usia-usia lansia yang masih kuat dan bersemangat bekerja. Terlepas dari kultur
budaya Jepang itu sendiri, setidaknya mereka yang tergolong lansia tetap
produktif.
Semua orang
akan mulai mengetahui penyebabya ketika melihat restaurant makanan cepat saji
dengan merk khas negeri Paman Sam, yaitu MacDonald menyediakan ukuran porsi
yang berbeda. Kita bisa ambil contoh MacDonald di Jepang menyajikan ukuran
produk mereka jauh lebih kecil daripada kebanyakan negara lainnya, baik makanan
maupun minuman. Ternyata bukan hanya McDonald, hampir semua penyedia layanan fast-food menyajikan porsi ukuran yang
lebih kecil dari normalnya yang mereka jual ke beberapa negara.
Starbucks
ukuran kecil di Jepang hanya memiliki porsi 240 ml, sedangkan Pizza Domino
menyediakan ukuran yang paling mini yaitu “M” dengan diameter 23 cm (9 inchi) dimana
di Amerika ukuran terkecil adalah 10 inchi. Itu semua jauh lebih kecil dari
produk-produk yang mereka jual di beberapa negara, khususnya di Amerika.
Nampaknya
masyarakat Jepang memang memiliki cara hidup yang lebih sehat dan sederhana
termausk dalam mengkonsumsi makanan. Pasar makanan cepat saji di Jepang adalah
pasar dengan ukuran porsi yang lebih kecil. Apa yang makanan/minuman di negara
lain disebut sebagai ukuran anak-anak ternyata di Jepang sudah digolongkan
sebagai ukuran orang dewasa.
Masyarakat Jepang bukan hanya berhasil dalam meminimalisir konsumsi makanan-makanan fast-food dan junk-food bahkan mereka juga berusaha mencoba meminimalisir penggunaan gula. Dalam hal ini pemerintah Jepang didukung dengan budaya mereka berhasil memberikan edukasi perihal makanan sehat kepada penduduknya. Makanan sehat dimulai dari ukuran makanan yang kita konsumsi, begitulah sederhananya.
Tradisi
hidangan di Jepang mengenal apa yang mereka sebut sebagai ichiju sansai (satu sup, tiga tempat). Sebuah piring kecil yang
mampu menampung tiga jenis makanan berbeda. Mereka juga terbiasa dengan makanan
yang variatif dan seimbang yaitu adanya sayur dan buah. Pendidikan soal
konsumsi makanan di Jepang bukan hanya soal kedisiplinan dan aturan warganya
tapi juga soal kepedulian warganya sendiri menjaga kesehatan. Sekali lagi bahwa
warga Jepang begitu peduli dan sadar bahwa kesehatan dimulai dari porsi dan
jenis makanan yang dikonsumsi. You are what you eat.
Jarangnya
ditemui warga Jepang yang merokok, yang artinya juga sedikit asap rokok di
tempat umum, juga ikut menyumbang kondisi kesehatan lansia. Menjadikan angka
harapan hidup di Jepang menduduki peringkat tertinggi di dunia. Dengfan usia rata-rata
pria lansia mencapai 80 tahun dan perempuan mencapai 85 tahun.
0 Comments