Jembatan di Bukit Cinta - (Dokumentasi Pribadi) |
Pagi hari kami berangkat, sekitar pukul 7 lebih 25 menit, saat mentari pagi belum seterik di siang hari. Mengepak tas pinggang yang simpel dengan bekal cukup air mineral dalam tumblr warna hijau.
Tak lupa masker yang menjadi idaman baru saat ini, kemana pun pergi harus dibawa. Ikhtiar yang sederhana namun sering nampak sengaja dilupa dengan alasan ribet.
Dipandu oleh sahabat terbaik perjalanan kakak google maps, hasil cari-cari info malam sebelumnya rasanya sudah cukup bikin kami penasaran. Berkendara berdua dengan menunggangi motor matic hitam buatan Negeri Sakura, tangguh.
Sepanjang perjalanan sesekali kami didekap hawa sejuk khas Kota Ungaran hingga akhirnya tak terasa kami sampai di lokasi dengan waktu tempuh kurang lebih 56 menit. Rencana yang telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari namun sempat terhenti karena pandemi, akhirnya tiba juga.
Yups, saya dan istri sebenarnya telah berencana untuk berlibur ke salah satu pesona objek wisata di Kab. Semarang, lengkap dengan wajah barunya. Awalnya tak percaya kalau di Kab. Semarang ada tempat seperti itu. Ah, ternyata benar adanya, hasil kulik-kulik info di google keluarlah deskripsi seputar tempat tersebut lengkap dengan foto-foto yang instagramable.
Bukit
Cinta Rawa Pening namanya, terletak di Desa Kebondowo, Kec. Banyu Biru, Kab.
Semarang. Kalau dari Kota Semarang kurang lebih akan memakan waktu tempuh 60
menit. Tak begitu jauh bukan.
Namun
sejak wabah covid-19, hampir semua aktifitas yang menimbulkan kerumunan menjadi
dibatasi dan ditutup. Termasuk lokasi wisata yang saya tengah rencakan untuk
dikunjungi. Tapi Alhamdulillah, sejak akhir Juni pemerintah sudah mulai mengizinkan
dibukanya beberapa destinasi wisata seiring dengan diberlakukannya kebijakan new normal.
Gerbang Pintu Masuk Bukit Cinta Rawa Pening - (Dokumentasi Pribadi) *** |
Termasuk
di Kab. Semarang, pembukaan sejumlah objek wisata dilakukan secara bertahap
dengan tetap memperhatikan penerapan standar protokol kesehatan pencegahan
covid-19. Pemerintah Kab. Semarang nampak sudah siap untuk memberlakukan Era
Adaptasi Baru dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di sejumlah objek
wisatanya.
Lantas
rasanya tak sabar untuk segera merunut jadwal wisata yang sempat tertunda. Oh iya, sejak awal tahun 2020 saya dan
istri memang telah berencana untuk berwisata ke semua objek wisata di Kab.
Semarang, tentu secara bertahap ya. Kami merunut dari yang terdekat dari Kota
Semarang, sejak sebelum era pandemi sebagian sudah kami kunjungi.
Dan
pekan kemarin tibalah masa dimana merawat mesra ternyata tak perlu jauh ke sana-sana,
tapi ada di dekat kota tercinta, Bukit Cinta Ambarawa. Sesampai di lokasi kami
sudah disambut gerbang bertuliskan Bukit Cinta, dengan aksara jawa di atasnya.
Di lokasi masih agak sepi mungkin karena masih pagi hari. Lengkap dengan masker
dan handsanitizer kami masuk melewati gerbang utama untuk mengambil karcis parkir.
Mengikuti kaidah new normal, standar protokol kesehatan sudah terlihat diterapkan di Bukit Cinta sejak kami melewati portal parkir. Sprayer semprot disenfektan harus dilalui siapa saja yang hendak masuk ke Bukit Cinta.
Motor
kami parkir dekat dengan pohon agar teduh dan tidak terasa efek sengat panas
matahari di jok motor saat siang nanti. Terlihat baru hanya ada beberapa pengunjung.
Saat kami datang, motor pun yang berjejer di parkiran tak kurang dari sepuluh.
Melangkah
menuju tempat loket pembelian tiket, sudah nampak spot wastafle untuk mencuci
tangan di samping kiri pintu masuk. Setiap pengunjung yang hendak membeli tiket diharuskan
untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Petugas menginfokan dengan santun dan
tertib.
Selepas itu sudah ada petugas yang siap untuk mengukur suhu tubuh dengan thermometer gun. Untuk memastikan bahwa setiap pengunjung memiliki suhu yang
layak dan aman dari covid-19.
Manajamen
lokasi wisata sudah siap dengan standar kebijakan baru. Mereka menempatkan sejumlah petugas termasuk saat kami masuk ada
anggota TNI yang ikut membantu di area portal tiket masuk. Tiket menggunakan
barcode yang artinya juga untuk meminimalisir sentuhan.
Berbaris
dengan tertib dan berjarak sesuai dengan anjuran petugas yang selalu
mengingatkan untuk mengenakan masker. Rasanya was-was akan segara sirna jika lokasi wisata sudah senyaman ini dengan tata tertib baru yang sudah sedemikian rapi.
Selepas masuk, mengesankan dan takjub melihat pemandangan rawa yang nampak indah dengan perahu-perahu kecil, warna-warni bersandar di pinggir rawa. Kebetulan saya dan istri juga baru pertama kali ke Bukit Cinta jadi benar-benar terpesona.
Kisah legenda cerita rakyat Baru Klinthing yang dideskripsikan dalam bentuk seni - (Dokumentasi Pribadi) *** |
Berkeliling
bersama istri menikmati pemandangan rawa dan sekelilingnya. Ada jembatan membentang panjang di antara rawa
beserta dengan taman dengan atap yang nampak unik. Rumput sintetis menyemai di
beberapa lantai.
Bersih, sejuk dan lengkap dengan spot cuci tangan di sejumlah titik, menjadikan Bukit Cinta Rawa Pening bukan hanya tempat wisata biasa tapi juga memberi rasa nyaman di tengah era new normal ini.
Oh
iya, kami juga berkali-kali mendengar informasi dari petugas yang begitu sabar
dan telatennya untuk senantiasa mengingatkan para pengunjung mengenakan masker. Tak
jarang berulang-kali mendengar pemberitahuan petugas kepada pengunjung untuk
mematuhi protokol kesehatan lewat TOA kecil yang tersebar di sejumlah tempat di
Bukit Cinta.
"Pengumunan diberitahukan kepada pengunjung dengan baju putih, jilbab kuning yang berada di dekat area gardu pandang, diharapkan memakai kembali maskernya". Begitulah sekelumit pengumuman yang beberapa kali kami dengar.
Ciri warna baju, jilbab, lokasi pun disebutkan saat ada pengunjung yang mulai melepas atau tidak memakai maskernya sesuai standar. Mungkin ada sejumlah kamera yang mengawasi para pengunjung agar mereka tetap patuh pada protokol kesehatan.
Jadi
bagi kalian yang tak mengenakan masker atau bahkan tak membawanya, jangan sekali-sekali
berkunjung ke Bukit Cinta ya, karena niat kalian akan sia-sia mungkin tak akan diizinkan
untuk bisa masuk ke lokasi.
Cerita tentang legenda rakyat Rawa Pening yang konon berasal dari kisah seorang bernama Baru Klinthing juga dilukiskan di dekat pintu masuk Bukit Cinta. Eh, ada juga lho area seperti di Namsan Tower, Korea Selatan.
Di sini ada tempat yang namanya gembok cinta, agak beda sih sama yang di Namsan, tak serupa tapi dengan konsep yang sama. Ya, tempat dimana kalian bisa mengunci gembok yang tekah tertulis nama pasangan kalian.
Tak cuma itu, ada juga taman bukit nan sejuk dilingkupi pohon-pohon rindang. Semilir angin sejuk menghembus di antara celah-celah rindangnya pohon menjadi alternatif kalian, menghabiskan waktu beberapa menit untuk mengambil nafas sejenak setelah keliling mengitari area Bukit Cinta.
Di era new normal ini ternyata kita sudah bisa melepaskan kejenuhan setelah beberapa bulan di rumah, untuk berkunjung ke tempat wisata favorit kalian di Kab. Semarang. Dengan mematuhi protokol kesehatan, kalian bukan hanya menjaga diri kalian sendiri tapi juga telah menjaga orang lain.
Jadi seperti kataku tadi, tak perlu jauh-jauh dulu berjarak keluar Jawa. Di dekat sini di sebelah kita, kalian tetap bisa bercengkrama dengan alam semesta, dengan sekeping rawa. Melepas lelahnya raga, merawat rasa bermesra di Bukit Cinta, Ambarawa.
So, selamat berwisata ya, jangan lupa jaga kesehatan keluarga dan sanak saudara :)
4 Comments
Konsep gembok cinta emang mirip yang di Korea yaa. Kece tempatnya jadi pengen ke sini deh.
ReplyDeleteSepertinya manajemen penggemar K-Pop kak .. :D
DeleteJadi pengen berkunjung ke Bukit Cinta, kata teman memang sekarang lebih apik..bener ya ternyata..
ReplyDeleteGa kecewa pokoknya, tata kelola tempat wisata di Kab. Semarang semakin instagramable, :)
Delete